Cast : - Baek Su Yeon
-
Choi Seung Hyun
- Choi Hye Yoon (Choi Seung Hyun’s sister)
Genre : Sad Romance
Length : Flash Fiction (1.117
words)
Author : Q.B
Disclaimer : Halo, readers. Tengkyu banget udah mau
niat membaca fanfic saya. Ide cerita sebagian dari hasil pikiran saya dan
sebagian lagi terinspirasi dari novel yang baru author beli (novel latar Jepang
pula-___-) . Mungkin ini adalah FF pertama kali saya yang bisa selesai dari
sekian FF yang mengalami kegagalan (?). Sebenarnya saya sangat ingin
menyelesaikannya hanya saja saya mengidap “Tabestry syndrome”. Kesal banget !!
Oke. Daripada banyak curcol gaje, langsung saja kita ke T~K~P~~ !!
Udara malam semakin dingin. Langitpun
terlihat begitu polos. Gelap. Tidak ditemani bintang-bintang atau bulan yang
biasa aku sukai. Sambil menghela nafas panjang, aku membuka pintu rumahku
pelan. Penat dan pikiran kusut karena aktivitas yang kujalani sehari penuh
menyesak tubuhku.
Muphy -anjing betina piaraanku- menyambutku
dengan suara guk-nya yang sangat imut dan ekornya yang digoyangkan. Aku
tersenyum melihat kebiasaan lucunya. Selalu membuatku terhibur.
“Merindukanku ya?” aku mengusap kepala
anjingku.
Aku merebahkan tubuhku di tempat tidurku.
Perasaanku sedikit baikan karena sudah membersihkan diriku dan menikmati alat
aroma terapi yang sudah kunyalakan. Belum sempat aku masuk dalam dunia mimpi,
handphoneku berdering.
Astaga…
ini sudah jam berapa,batinku
sambil membuka mini bag untuk mengambil handphoneku.
“Yoboseo…” sahutku lemah. Jujur, aku
benar-benar lelah lahir batin(?). Jika ada orang yang salah sambung, mungkin
aku spontan mengumpatnya.
“Chagi-ah, ini aku.” Sahut suara berat itu
dari seberang. Ah… iya. Aku pun baru ingat aku punya namjachingu.
“Ada apa, Seung Hyun oppa?” tanyaku datar.
“Kau dimana sekarang? Aku sudah menunggumu
di depan restoran favoritmu. Aku merindukanmu, Su Yeon-ah. Aku ingin bertemu
denganmu.” Kata Seung Hyun yang terdengar sedikit memelas.
Mataku melirik ke arah jam dinding. Jam
23.30. Pantas saja pikiranku terus merutuk minta tidur. Baiklah…
“Mianhae, oppa. Aku lelah sekali hari ini.
Seharian ini aku sangat sibuk menyelesaikan proyek galeriku. Datenya diundur
ya~” jawabku sebisa mungkin untuk bersuara lembut. Aku tidak ingin kekacauan
yang terjadi di otakku merusak nada bicaraku untuk kekasihku. Yah… Inilah
cinta.
Aku mendengar hembusan nafas dari Seung
Hyun. “Sudah 3 minggu kita tidak bertemu dan kau masih sibuk dengan proyekmu?
Ayolah… aku juga sibuk tapi aku selalu meluangkan waktu untukmu. Hanya malam
ini saja, Su Yeon-ah. Kalau lelah, aku bisa menjemputmu sekarang.”
Aku ingin menjawab namun otakku seperti
kehabisan alasan. “Chagi-ah, mianhae. Aku tidak bisa malam ini. Bagaimana jika
besok? Aku traktir makanan kesukaanmu sebagai gantinya. Oke?”
“Chagi-ah…” suara Seung Hyun terdengar
sangat memelas. Aku benar-benar tidak tahan. Jariku reflek memencet tombol
disconnected. Mematikan handphoneku dan meletakannya meja disamping tempat
tidurku. Dengan cepat, aku sudah tertidur lelap.
Su
Yeon, aku merindukanmu…
Aku
ingin kau mengetahui seberapa sering aku memikirkanmu. Seberapa besar aku ingin
selalu ada di sisimu…
Karena
aku mencintaimu…
Sayangnya,
aku tidak bisa mengatakannya. Kejadian ini telah terjadi… Bukan… Ini takdir.
Maafkan aku, Su Yeon…
Baek
Su Yeon…
Aku
benar-benar minta maaf…
Maafkan
aku…
“SEUNG HYUN OPPA !”pekikku tiba-tiba. Aku terbangun. Ahh... kepalaku berdenyut. Sakit sekali. Aku
berusaha memfokuskan pikiranku dan membuka mataku. Cahaya matahari pagi sudah
menghiasi jendelaku beserta kicauan merdu burung-burung kecil. Tapi, semua
keindahan itu belum bisa membuatku fokus. Ada apa ini? Kenapa perasaanku sesak
sekali? Sepertinya aku bermimpi buruk. Ah… aku benar-benar tidak bisa mengingat
mimpi itu. Tanpa sadar, air mata menetes dari mataku. Astaga… kenapa aku
menangis?
Ting
tong…
Bel pintu rumahku berbunyi. Aku mengusap
air mataku. Cepat-cepat aku menyingkapkan selimut dan berlari menghampiri
pintu.
Aku membuka pintu dan aku melihat pria
berpakaian serba putih didepanku. Aku mengenal wajahnya yang kucintai.
“Seung Hyun oppa…” lirihku. Aku tak
menyangka dia datang pagi-pagi dan berpenampilan keren begini. Wajahnya
terlihat lebih bersinar. Tampan.
Mungkin
efek sinar matahari. Kau berlebihan, Su Yeon, aku merutuk diriku sendiri yang mulai
melamun karena pesona kekasihku.
“Oppa, masuklah. Maaf aku berantakan begini.”
Kataku tidak enak. Ia menatapku lembut dan tersenyum. Lalu, ia masuk ke dalam
dan duduk di sofa. Aku berjalan hendak menyalakan TV yang berada didepan sofa
yang diduduki Seung Hyun. Berharap ia tidak bosan menungguku.
“Oppa, sebentar ya. Aku mau beres-beres. Oh
iya, Seung Hyun oppa mau minum apa?” kataku kepadanya. Baru kali ini aku merasa
salah tingkah.
Ia hanya menggeleng, membalas tawaranku
dengan tersenyum. Baiklah. Aku harus segera berberes. Anjingku bangun –tertidur
di sofa sebelahnya- karena suaraku tadi lalu berjalan masuk ke kamarku tanpa
reaksi apapun. Aneh. Biasanya ia selalu menyambut siapapun yang datang,
termasuk Seung Hyun.
Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar
setelah selesai berganti baju. Seung Hyun masih duduk di sofa sambil menonton
TV yang kunyalakan tadi. Aku pun berjalan menghampirinya dan duduk
disebelahnya. Ia menyadari aku mendekat dan menatapku , tersenyum lembut.
Aku mulai merasa tidak terbiasa. Setahuku,
dari perkenalan hingga jadian, aku belum pernah melihat senyum yang semanis
itu. Maksudku, ia sangat mempesona dan bercahaya sekarang.
“Oppa, maafkan aku gak bisa datang malam
itu. Kamu gak marah kan?” kataku sambil menyandarkan kepalaku ke bahunya. Seung
Hyun tidak menjawabku namun tangannya bergerak menggenggam tanganku lembut.
Yah…ini perlakuan romantis yang sering ia lakukan padaku setiap kali bertemu.
Aku bisa merasakan ia mencium keningku sekarang.
“Terimakasih, oppa. Aku mencintaimu.”
Kataku mesra sambil menatap lekat padanya. Aku bisa merasakan perasaan Seung
Hyun. Perasaan cintanya yang dalam padaku. Tatapan matanya –yang bagiku- sangat
spesial. Senyum paling indah yang pernah kulihat. Ini benar-benar pagi yang
sangat indah. Ia datang ke rumahku dan bersikap sangat romantis padaku. Hatiku
mulai menyesal kenapa aku menolak ajakannya malam itu.
Ting
tong…
Aku mendengar bel pintu berbunyi. “Oppa,
sebentar ya.” Kataku masih menggenggam tangannya. Ia mengangguk. Tersirat ada
perasaan sedih pada matanya. . Astaga… tatapan itu membuatku tidak tega.
“Sebentar aja kok.” Kataku lembut.Aku ingin
memastikan padanya aku akan segera kembali. Ia menunduk dan melepaskan
genggaman tangannya dari tanganku. Aku langsung berdiri dan berjalan cepat
menghampiri pintu. Aku terkejut.
“Hye Yoon oennie…” gumamku. Aku tidak
menyangka kakak perempuannya kekasihku datang sepagi ini.
Hye Yoon terlihat sangat sedih. Tiba-tiba,
ia memelukku dan menangis.
“Oennie, uljima~ gwencanayo??” tanyaku iba.
“Su Yeon…” ia terisak. “Seung Hyun… Seung
Hyun…”
Aku melepas pelukan dan menatap Hye Yoon
heran. “Wae? Ia sedang duduk di sofa dan menonton TV disini sekarang.”
“Apa maksudmu? Ia baru saja mengalami
kecelakaan dan meninggal di tempat. Ia di rumah sakit sekarang.” Kata Hye Yoon
berusaha menahan kepiluan hatinya.
Aku terdiam. Tidak! Tidak mungkin!
Aku langsung berbalik meninggalkan Hye Yoon
dan berlari menuju ruangan itu. Aku terkejut dan jatuh lemas. Seung Hyun tidak
ada. Lalu… Jika Hye Yoon tidak bohong, lantas siapa tadi? Aku yakin itu dia.
Wajah dan senyum yang sangat aku cintai. Yang baru saja mengecup keningku. Air
mataku menggenang dan aku menangis keras…
”Seung Hyun !!”
-THE END-
Akhirnya
!!!!!
Heuh…
gimana? Feelnya kurang dapet ya? Terlalu singkat? Hehehe
Maklum
belum pintar-pintar amat bikin beginian. Aku akan banyak belajar dan berharap
bisa bikin lagi yang menggoncang (?) emosi.
Mohon
kritikan dan komentarnyaaaa~~~^^*bow*

Tidak ada komentar:
Posting Komentar